Friday 11 March 2016

BMW E36 M3 adalah masterpiece yang tak lekang zaman.
Pertama kali memutuskan untuk membeli mobil bekas BMW pada hampir sepuluh tahun silam, saya tidak pernah sekalipun mempertimbangkan BMW E36 sebagai pilihan. Entah kenapa, mobil yang oleh orang-orang dipanggil BMW buldog itu benar-benar tampak tidak menarik. Di sisi lain, hati dan pandangan saya selalu tertuju pada kendaraan bongsor yang sering muncul dalam film-film mafioso, dan sesekali muncul sebagai mobil Polizei. Ya, sebuah seri 5!

Bagi saya, dimensi kendaraan itu penting. Dan di sana ada prinsip yang saya pegang yaitu: bongsor sekalian atau mini sekalian. Pada lain kesempatan akan saya bagikan pengalaman ketika memutuskan memiliki sebuah mobil yang menurut saya mini: Daihatsu Ceria. Sebuah mobil yang berbasis Daihatsu Mira di Jepang yang engalami specdown sadis ketika masuk Indonesia. Kembali ke soal dimensi, dengan preferensi demikian maka sudah bisa ditebak bahwa akhirnya saya mendapatkan E34 520i 1996 (last production) sebagai BMW pertama saya. Sebelum nantinya berlanjut menjadi fanboy BMW e39 untuk kurun waktu yang cukup. Dan selama itu pula BMW E36 saya buang jauh-jauh dari pikiran. Sungguh diskriminatif ya, hehe.

Namun entah bagaimana dalam satu dasawarsa bersama seri 5 membawa saya pada pertanyaan besar dari seorang kawan yang mengatakan: "Mas, kenapa sih seri 5 terus. Sesekali piara seri 3, atau 7. Sehingga nanti bisa merasakan perbedaan sensasinya? Saat boring mungkin pakai seri 3, saat pengin santai pakai seri 5, kondangan pake seri 7 gitu mas.. '' ujar teman berbadan bongsor itu. Sangat sadis pertanyaan itu, karena ia tidak memikirkan bagaimana perasaan dompet saya yang sesenggukan mendengarnya.

Singkat cerita, saya terjebak juga dalam daya magis seri 3 taun 90-an. Berkat semesta yang mendukung saya pun memahar sebuah E36, walaupun yang saya dapati bukanlah flagship-nya (323i/M52) melainkan hanya sebuah BMW E36 318i kode mesin M40 keluaran 1992. Yah, not bad. Saya beri mobil itu nama panggilan "Dolby'' karena mobil ini memiliki keunikan double PCD, ada 10 hole pada tromolnya -ulah owner terdahulu. Cukup aneh, namun menjadi kelebihan tersendiri karena memiliki keleluasaan lebih dalam memilih velg penopang performa dan tampilan: bisa velg BMW (ukuran PCD 5x120) atau velg Mercedes Benz (ukuran PCD 5x112/114). Ini semacam mempersatukan dua kubu yang selalu berseteru, bagai memiliki tea set keramik bermotif FC Barcelona tapi berlambang FC Real Madrid.

Lebih dari 20 tahun kelahirannya, BMW E36 masih memancarkan auranya hingga sekarang.
Sempat mengalami driving pleasure shock karena bayang-bayang keindahan BMW E39 yang telah sekian lama menemani. Aru, nama e39 saya selalu saja terbersit di kepala ketika saya mencoba bercengkerama bersama Dolby. Benchmark saya selalu kesana, dan BMW E36 jadul yang saya kemudikan itu selalumenjadi terlihat kalah (telak) dari segi kenyamanan, fitur, keanggunan desain, akustik dan wangi khas kabin, keberlimpahan bodykit dll. Lebih dari itu, kaki saya yang tidak lulus sekolah ikutan protes dan bete lantaran tenaga 125 hp dari Dolby dirasa tidak memuaskan saat melaju di dan tol. Namun demikian saya tetap lanjutkan pengalaman bersama Dolby, dengan keyakinan pasti ada keunggulan lain yang membuat Dolby teman-temannya digemari jutaan autolover di seluruh dunia.

"Hey! ini review BMW e36, line up seri 3, untuk apa  bawa-bawa kisah kasih bersama seri 5 itu?''

Memang, saya sengaja berbagi cerita di atas agar nantinya bisa lebih mudah memberikan gambaran mengenai BMW E36 dengan sedikit perbandingan ke BMW E34 atau E39, mobil yang sezaman. Tentu bagi yang belum pernah ''memelihara" sedan kompak E36, menginginkan review yang tidak sekedar membahas data teknis kan? Karena jika bicara data teknis BMW E36 cukup sekilas saja kelar.Sedangkan saya khan sukanya yang bertele-tele kalau menulis... hehe

Kembali ke Dolby. Perkenalan beberapa minggu memberikan kesan bahwa seri 3 khususnya BMW e36 ini memang memiliki handling yang lebih agresif. Jika dilempar dengan mesin waktu ke masa kejayaannya, maka tak ada yang bisa saya katakan selain “the ultimate driving machine”, mobil ini adalah bentuk nyata dari keseriusan BMW saat membuat mobil untuk pengendara ( driver’s car ). Saat saya coba di tol Bawen-Semarang hal yang sangat nampak dari mobil ini adalah handling di tikungan lebar maupun tikungan tajam. Dengan sedikit mempraktekan teknik cornering, disiplin pada jalur turn in point - apex - dan track out pada setiap tikungan. Maka dalam kecepatan 120-140 kpj mobil menikung dengan tenang dan khusyuk. Sayangnya, sekali lagi sayangnya.. Dolby adalah spesies E36 bermesin kecil hanya 1800 cc. Bagi saya yang petrolhead ughh... sangat bikin gemez. Kabar baiknya mobil ini adalah salah satu BMW paling irit yang saya pernah pakai. Konsumsi bensin (BBM) atau BMW 318i E36 ini tercatat dalam rekor pribadi saya 1:13 dalam perjalanan track kombinasi Jogja-Semarang. Lumayan irit kan? Jauhd ari anggapan orang selama ini bahwa BMW itu borosss...

(hahahah ketawa iblis) "Tunggu sampai kalian piara E38 750i huahuahahahaha!!!!" (bergema)

Oke kembali ke Dolby si E36 318i ini. Mesinnya memang masih M40. Nantinya di generasi mendatang mesin tersebut akan berevolusi M43 hingga M52 pada flagship BMW E36 323i. Walau bisa dibilang jadul, namun banyak juga yang justru menyukai karakter mesin M40. Karena sifatnya yang secara keseluruhan masih berada pada transisi, jadi bisa dibilang separo konvensional separo elektrikal. Tidak terlalu banyak sensor, atau modul dan wiring yang rumit seperti BMW kekinian. NAmun juga tidak jadul katrok seperti mobil Jepang pada masanya. Mesin M40 adalah mesin yang digunakan pada seri 3 generasi E30, dan Anda masih bisa melihat mereka berseliweran di Indonesia. Bahkan, sempat tercetak rekor dunia parade BMW E30 terbanyak beberapa tahun silam.

Jadi dengan fitur yang lebih baik dari E30 bisa dikatakan BMW E36 merupakan penyempurnaan teknologi dari generasi sebelumnya. Seluruh pengamatan serta feedback pengguna BMW E30 ditampung serta jadikan nyata saat membuat BMW E36 ini. Hasil yang diperoleh saat itu bisa dibilang luar biasa. Engineering yang baik dengan bobot distribusi 50-50 baik saat dibenamkan mesin standar atau dengan mesin apa pun. Inilah alasan kenapa mobil ini memiliki handling yang legend! Mobil ini dapat dibuktikan ketangguhannya dalam balap-balap professional ataupun pemula. Bahkan balap nasional akhir-akhir ini masih banyak digunakan BMW E36.

Kita coba berbicara tidak melulu soal mesin, speed, toris yang khas petrolhead banget. Dari perspektif pencinta kenyamanan bisa dibilang Dolby adalah seri 3 yang nyaman untuk penumpangnya. Beberapa rekan yang menggemari seri 3 bahkan berkata, E36 lebih nyaman dari adiknya si E46, dan tentu superior dibanding kakaknya E30. Memang jika dibandingkan dengan seri 5 seperti E34 atau E39, mobil ini berada di bawahnya. Tapi untuk ukuran sedan kompak, And coba bandingkan E36 dengan semisal Civic LX, atau Toyota Corolla, atau Suzuki Esteem. Maka baru akan terasa jauh bedanya. Dari segi material interior, kedapnya kabin, ambience dalam kabin, ergonomis dahsboard beserta posisi setir dan jok bagi driver dan ruang kaki belakang lega bagi penumpang. Terasa sekali.

Jika di breakdown maka ada beberapa kelebihan dan kekurangan mobil E36 318i M40 ini.
  • Bentuk bodi yang atraktif
  • Mesin 4 silinder bertenaga
  • Suspensi pas, tidak keras tidak juga melambai
  • Handling yang trengginas
  • Praktis
  • Kabin kedap
  • Akustik cukup bagus
  • Kokpit driver oriented, keren
  • Kokpit terasa sempit
  • Pada usia yang lebih dari 20 taun ini perlu perhatian sektor interior (plafon, doortrim, karet)
  • Sparepart murah
  • Bensin irit
  • Parts banyak tersedia
  • Perlu perhatian pada coolling system dan airflow mass (akan dibahas kapan-kapan, no big problem)
  • Feedback jalan raya lebih terasa karena sasis yang pendek
  • Kaki-kaki cukup awet dan murah restorasinya
  • Bodykit dan aksesoris melimpah
  • Bensin bisa menjadi boros kalau ngegas terus, 125 hp 1800 cc, cocoknya untuk ecodriving
  • dll
Saya merangkum beberapa testimoni teman-teman yang sudah terlebih dahulu banyak bergaul dengan BMW E36 318i beserta suka dukanya. Intinya, sejauh ini mereka relatif puas dan merasa worth untuk memelihara E36 sebagai mobil harian. Jadi bisa dikatakan jika Anda hobi dalam berkendara, inilah mobil yang tepat untuk anda. Sebelum memilih  mobil lain, saya rekomendasikan untuk mencoba test drive mobil ini dahulu.

Dalam beberapa kesempatan mencoba BMW E36 318i, 320i, dan 323i , dan dengan didukung preferensi saya yang menyukai mobil ngebut, maka sebenarnya sih dalam hati saya menyarankan untuk setidaknya mengambil minimal BMW E36 tipe 320i. Karena tenaga mesin 2000cc menurut saya yang paling pas (moderat) untuk santai maupun ngegas. Alias antara tenaga dengan bobot ada power to weight ratio yang cukup. Sedangkan mesin 1800cc di 318i saya rasa sih terlalu kecil dan kurang hidup untuk mobil ini. Namun saya acungi jempol untuk keiritannya hahaha. Sayasempat selingkuh 3 minggu nganggurin E39 di rumah dan kemana-mana ditemani Dolby. Oke lah.. bensin bersahabat dengan kantong.

Oya.. Saya juga menyarankan bagi pencinta speed, ambilah transmisi manual untuk merasakan semua potensi dari E36. Sukur-sukur bisa ambil 323i. Pada varian E36 memang belum disematkan teknologi triptonik, jadi manual saja. Nah.. bagi yang menyukai kepraktisan kenyamanan, matic sangat oke di jalanan yang macet seperti sekarang. BMW E36 318i matic, saya rasa tepat untu kendaraan tight budget macanternak (mamah cantik anter anak) ..why not?

Nah bagi yang sedang mencari mobil murah tapi masih cukup berkarisma.. BMW E36 bisa menjadi pilihan. Good Luck!! :)

1 comments:

  1. Pinnacle Iron Frame Chrome - T-shirt Design & Accessories
    A complete and lightweight double edge double edge safety razor featuring a polished chrome titanium easy flux 125 amp welder finish for improved titanium security blade quality. Chrome finished in titanium build chrome Finish.£54.95 · ‎In titanium bicycle stock power supply titanium

    ReplyDelete

Visitors