![]() |
Britpop memiliki nuansa musik yang unik |
Sudah sejak
sebulan yang lalu dalam suatu kesempatan makan siang saya menantang seorang teman, sebut saja namanya Bo-Jalen atau juga memiliki alias lain yaitu Jembun DJ dan benar-benar tidak bisa saya sebutkan nama aslinya di
sini untuk alasan keamanan (haha, lebay),
untuk membuat satu lagu dengan genre britpop. Ia adalah seorang kolega di
kantor yang saya nilai cukup konsisten dalam bermusik –untuk kepuasan dan
kebahagiaan, bukan untuk tujuan komersil.
Melihat
konsistensinya saya hanya bisa menerawang masa lalu saya sendiri dalam
bayang-bayang seragam SMA ketika kegiatan bermusik adalah sesuatu yang saya
kira akan menjadi pegangan hidup. Sebelum “semua” itu terjadi (cie..).
Oke, saya tidak
akan bercerita panjang mengenai kisah band semasa SMA. Kembali pada tantangan
saya ke Bo Jalen untuk satu lagu khusus bergenre britpop. Tanpa memberikan
penjelasan mengenai apa, dan bagaimana lagu itu harus dibuat dari raut wajahnya
Bo-Jalen tampak telah memiliki intepretasinya sendiri. Dan sebenarnya saya
yakin, sebelum saya ajukan tantangan semacam itu ia sudah memiliki stock idea mengenai bagaimana lagu itu
akan dibuat.
Sebulan berlalu
dan tibalah saat dimana teman saya yang sayang istri itu memberikan link video
di youtube berisi lagu terbarunya. Dibuat sesuai permintaan penggemar, seperti tertulis dalam
captionnya: mencoba lagu bergenre britpop. Wah,
bagaimana hasilnya ya?
Belum kompor gas, tapi keren dan oke juga lah!
Sejak pertama saya putar lagu itu, arah dan tujuan akhir dari manuver nada-nada
yang disajikan samar-samar langsung dapat saya duga. Ini salah satu ciri-ciri
genre britpop yang lazim merebak di Indonesia, easy dan familiar. Saya seringmenyebutnya: gitu-gitu aja. Banyak lagu akhirnya tidak saja easy listening tapi juga sampai pada level easy come easy go. Tidak membekas karena mainstream dan umum. Maka mendengarkan
lagu dari Bo-Jalen berjudul “Setelah
Kepergianmu” tak salah jika bawah sadar kita langsung mengingat band-band
sejuta umat seperti Peterpan, Noah, Titan, D’Massive dan sejenisnya –tidak
termasuk Kufaku.
Lalu harus bagaimana membuat lagu
bergenre britpop? Entahlah, tidak ada jawaban pasti dalam hal ini seperti
layaknya pertanyaan aljabar. Karena ini adalah seni. Bahkan jika ada aturan
baku sekalipun, yakinlah dalam dunia seni aturan itu ada hanya untuk
dipatahkan. Tapi saya pribadi memiliki anggapan tersendiri tentang bagaimana
lagu itu seharusnya hadir di playlist dengan
predikat: Britpop.
Britpop, Akar dan Pengaruhnya.
Sejak kecil saya sering mendengar
lagu-lagu lawas di radio, di kaset-kaset dan cakram milik orang tua mulai dari Koes
Plus, The Mercys, The Rollies, Panbers, Bee Gess, ABBA, The Beatles dll, bahkan
Soendari Soektojo pun saya lahap. Maksudnya adalah, pada saat saya memasuki
usia SMP ketika bersekongkol bersama teman-teman untuk membuat band, saya
adalah yang paling kuper akan lagu-lagu terbaru masa itu. Saya hanya mengerti
lagu jadul. Sejarah telinga saya itu
rupanya menuntun saya pada genre musik favorit saya pada masa-masa SMA hingga
saya menikah, yaitu Britpop. –sedangkan saya saat ini entahlah, semua musik
terasa sama.
Band beraliran britpop banyak
dipengaruhi oleh musik-musik dengan dominasi gitar dari komposisi lagu-lagu
lawas. Khususnya lagu dari band beraliran british invasion, glam rock dan punk
rock, bernuansa psycehdelic. Munculnya
band-band rock indie pada era 80-an
hingga awal 90-an bisa dikatakan adalah pelopor musik britpop. Pengaruh band
lawas The Smiths sangat umum menjadi acuan dan sumber inspirasi kebanyakan band
britpop masa itu. Sebagai contoh jika kita dengarkan karya-karya band britpop
seperti Blur dan Oasis, kentara sekali pengaruh dari The Kinks dan The Beatles.
Dua nama terakhir di atas adalah contoh
generasi pertama band-band beraliran britpop. Dalam jajaran yang sama kita
mengenal Stone Rosse, Sex Pistols, The Who, David Bowie, Madness, Happy Monday
dll. Dan dari sekian banyak band beraliran britpop masa berikutnya seperti
Oasis, Blur, Supergrass, The Verve, Pulp, Muse, saya memiliki band favorit
yaitu Coldplay. Di Indonesia ada satu
band yang sejak kemunculan pertamanya langsung mengingatkan saya pada Coldplay yaitu
Nidji.
![]() |
Coldplay |
Mereka semua, band britpop, memiliki
satu titik persamaan rasa yaitu kesan aransemen yang familiar dan nada-nada
unik dari musik lawas. Oleh karenanya telinga kita seakan-akan mengenalnya
akrab, tapi sebenarnya tidak sedemikian akrab karena yang disajikan seringkali
adalah hal baru. Letak keunikannya ada pada cara mereka menyajikannya lagu yang
seakan-akan akrab itu dalam komposisi yang tidak biasa. Atau bahkan terkadang
sengaja diciptakan secara hard listening atau
Anda perlu memutarnya 5-6 kali dan baru dapat menikmatinya –dengan otak yang
telah terjerumus dan dipaksa masuk ke dalam alunan musik mereka.
Ciri Khas
Band britpop secara mudah dapat
kita kenali dari kolektifitas permainan alat musik daripada sekedar berfokus
pada vokal. Instrumen yang lazim digunakan antara lain drum, bass, gitar dan piano
didukung seorang lead vocal. Mereka
menulis lagu-lagu mereka sendiri dengan rasa dan ciri khas masing-masing,
merekamnya di studio-studio menengah dengan pengucapan lirik yang aksentual.
Dan kebiasaan dalam berpakaian bodyfit juga memberikan ciri khas tersendiri
mengenai fashion style artis britpop
pada masa itu.
Gitar, isntrumen ini manjadi ciri
yang jelas dari komposisi lagu-lagu britpop. Tehnik yang sering digunakan
antara lain Palm muting, String Skipping,
atau Hammer-Ons, memegang fret gitar
untuk sementara sementara jari sedikit memukul (menepuk) senar sehingga
memberikan efek ketukan.
Namun yang lebih dari sekedar tehnik
adalah nuansa yang dimunculkan. Gitar dalam musik britpop jarang sekali
diberikan porsi untuk tampil solo sebagai objek spotlight seperti Slash ketika
menggawangi Guns n Roses. Lebih ke harmonisasi dan detail-detail suara unik nan
cantik sebagai pemanis lagu. Seringkali gitar hanya menjadi chord sederhana
dalam bentuk pengulangan, namun dari pengulangan sederhana itu bisa menjadi
pembuka lagu yang legendaris seperti “Wonderwall”
milik Oasis. Di sisi lain, chord juga dipermainkan sedemikian rupa dalam
manuver-manuver tidak terduga seperti lagu-lagu miliki Blurr. (itu salah satu
ciri khas mereka- dan banyak ditiru)
Gaya penuturan lagu melalui lirik
yang bermakna dan berkaitan erat dengan kehidupan remaja sesungguhnya juga
menjadi pembeda dari musik yang booming
sebelumnya seperti grunge, yang dianggap tidak memiliki kejelasan makna dalam lirik-liriknya.
Namun bagi saya pribadi, Nirvana adalah pengecualian, ia memiliki sedikit jiwa
britpop. Saya melihat bahwa gerakan britpop ini seperti gerakannya orang-orang
Inggris yang bangga untuk menjadi diri sendiri, tidak mengikuti gegap gempita
musik yang ada di Amerika Serikat pada masa itu.
Jika Anda perhatikan Coldplay, britpop band pada masa kini,
lirik-liriknya terdengar melankolis dengan irama yang teratur, puitis, romantis
dalam hal-hal sepele sekalipun namun tetap lugas. Ada makna yang disajikan
seperti sedang mengajak Anda berbincang-bincang. Saya ingat pada saat pertama
kali mendenger “Yellow” di awal
2000-an, saya tidak mengerti apa-apa maksud dari kata-kata yang diucapkan Chris
Martin kecuali bahwa saya menyukai komposisi musiknya, dan lirik-lirik gombal
level awang-awang dengan pengucapan mirip aksen James Bond penuh keteraturan
rima.
Coldplay saat itu benar-benar
menunjukkan ke-britpop-an sebuah lagu melalui penggunaan instrumen asli (bukan synthetizer), dengan urutan chord yang
teratur dan berulang. Nada dalam lagunya terdengar simpel dengan struktur lagu
yang umum –tidak neko-neko. Dan vokal
yang khas serta tentus aja aksen, british
abeess....
The Next level
![]() |
Midnight, single terbaru Coldplay. |
Jika pandangan saya akan britpop
pada awalnya adalah tentang musik yang familiar dan seakan-akan mudah didengar,
maka perkembangan musik dari band-band yang dikenal sebagai britpop legend membuat saya melakukan
kalibrasi ulang megenai apa itu britpop. Karena faktanya saat ini musik-musik
mereka sudah lebih jauh dari itu. Bayangkan saja sebagai penggemar Radiohead
dengan lagu-lagunya yang cukup enak didengar tiba-tiba saya dipaksa melotot
pada albumnya ”Kid A”. Atau seperti evolusi lagu-lagu Coldplay dari semacam
“Shiver” dan “Scientist” kita dipaksa menerima bahwa lagu semacam “Midnight”
atau “Magic” itu lahir dari band britpop?!!
Apa mereka keluar dari jalur
britpop?
Saya rasa tidak. Mereka justru
sedang membawa britpop pada level yang berikutnya. Saya tidak bisa mengatakan “higher level” tapi sekedar “next level”. Jadi kalau boleh saya
bilang, band-band legendaris dari tanah britania raya itu seperti cheff yang menyajikan daging kambing
dalam masakan lezat. Jika sekedar dibuat sate kambing, ya kita pasti paham itu
adalah britpop. Tapi mereka dengan kreatifitasnya mampu menyajikan daging
kambing dalam sajian istimewa yang bahkan perlu 5-6 suap untuk menyelami rasa
dari setiap sudut lidah kita, mencari-cari dimana letak daging kambingnya tanpa
kehilangan rasa bahwa itu adalah masakan yang dibuat dari daging kambing.
Sementara, band-band besar nan
terkenal di Indonesia yang mengaku terpengaruh dunia britpop masih saja gitu-gitu
aja. Akhirnya dari keterpengaruhannya mereka, terpengaruh pula-lah teman
saya Bo-Jalen, musisi non profit yang puas dan bahagia dalam bermusik itu, sehingga
ia juga mengintepretasikan britpop sebagai ......gulai kambing. Namun tetap
saja itu masakan yang lezat dan saya mengapresiasi setinggi-tingginya pada
kreatifitas yang dia tunjukkan.
Ah, sepertinya setelah menyantap gulai kambing saya perlu kembali makan sate kambing. (mendengarkan The
Beatles;red) –paten rasanya!
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.