Sunday 12 May 2013

Sudah 2 tahun lebih, sebut saja Dino (bukan nama sebenarnya) bekerja sebagai "jurnalis kantor". Tugasnya meliput agenda-agenda penting di lingkungan kerjanya berbekal DSLR inventaris, membuat berita dan mengunggahnya di website. Seiring waktu, Dino semakin suka motret tidak hanya di kantor namun dalam kehidupan sehari-harinya. Untungnya Dino tidak perlu membeli kamera baru, ia masih menyimpan EPL-1 kado ulang tahunnya pada tahun 2010. Walaupun kamera-kamera baru bermunculan di pasar, Dino merasa cukup dengan kamera kompak interchangable lens keluaran Olympus tersebut.

Sedikit berbeda dengan pola pikir Dino tentang kamera, ada sebagian fotografer yang lebih terobsesi pada gear daripada motret. Mereka cenderung merasa foto yang dihasilkan selalu saja kurang bagus, dan itu disebabkan kamera yang mereka miliki. "Ya, kameranya kurang bagus!". Dengan anggapan seperti ini, banyak yang terperangkap dalam imajinasi bahwa dengan membeli kamera dan lensa yang lebih bagus akan membuat foto mereka lebih bagus juga. Namun pada kenyataanya, saat mereka sudah membeli kamera dan lensa yang paling mahal sekalipun, hasil fotonya masih saja dirasa kurang bagus.

Memiliki kamera atau lensa yang bagus, dan tentunya lebih mahal, memang meningkatkan kemungkinan menghasilkan foto yang lebih tajam, resolusi yang lebih tinggi dan warna yang lebih baik, tapi tidak itu saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan foto yang lebih baik. Ada pengalaman, insting dan tehnik dalam pemilihan objek, pencahayaan (exposure), warna, titik fokus, komposisi dan sudut pandang, yang bisa diasah dan dieksplorasi alih-alih memilih ganti kamera.

Kembali kepada fenomena fotografer yang menyalahkan gear atas ketidakpuasan pada hasil fotonya, menurut saya itu adalah sikap mental yang sakit. Sikap tidak menyadari bahwa semua kamera pasti memiliki keterbatasan. Sikap selalu tertuju pada gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tentang paradoks kesempurnaan gear dan ketidakpuasan hasil.  Tanpa disadari mendesak dirinya untuk terpuaskan oleh gear yang dimiliki, namun kehilangan makna dan semangat fotografi itu sendiri. Dalam kondisi tertentu, boleh jadi fotografer jenis ini memiliki puluhan kamera dan lensa seharga Kawasaki Versys 2013, namun dengan knowledge tidak lebih baik dari fotografer pemenang Mobile Photography Awards 2013 yang hanya memotret dengan kamera smartphone.

Mungkin Anda tidak se-extreme itu, namun pernahkah Anda merasa kamera yang Anda miliki saat ini cacat dan tidak bisa menghasilkan foto bagus? Anda terperangkap dalam imajinasi kamera terbaik? Anda mulai melakukan riset intensif tentang kamera terbaru? Anda mulai terobsesi pada tipe dan merk tertentu? Ingin membeli kamera ini dan itu? Anda tidak bisa berhenti memikirkan hal tersebut bahkan di saat sedang menyetir? Berhati-hatilah..

Anda mungkin mengalami gangguan "OBSESIF KOMPULSIF FOTOGRAFI" !!!

regards, cmiiw
@kurniawansty

0 comments:

Post a Comment

Visitors