Sunday 11 May 2014

Secara tidak sengaja, BMW pertama yang saya miliki merupakan keluarga seri 5. Sebuah sedan  lansiran 1996 dengan mesin 2000 cc, BMW e34 520i MT. Di saat kebanyakan orang beranggapan seri 3 lebih menyenangkan untuk dimiliki, saat itu saya tidak memiliki anggapan apapun selain bahwa istri saya menyukainya ketika saya antar ia belanja ke supermarket dengan BMW e34.

Kisah kasih saya bersama keluarga seri 5 sempat tergoyahkan saat beberapa kali tertarik untuk membina hubungan bersama seri 3 atau pun seri 7, semua dalam konteks used car. Namun rupanya kisah saya konsisten pada BMW seri 5, berlanjut hingga saya stuck pada BMW e39.

Menurut saya, dengan harga yang jauh terjangkau dari kendaraan kaleng kerupuk yang dibeli sejuta masyarakat Indonesia, BMW e39 lebih dari cukup. Untuk ukuran sedan tua berusia lebih dari 15 tahun, fitur dan performanya seimbang. Sebut saja sistem ABS yang didampingi Automatic Stability Control plus Traction (ASC+T), Dynamic Stability Control (DSC) dan Dynamic Brake Control (DBC). Belum fitur yang memanjakan penumpang, seperti jok kulit elektrik dengan memori, setir multifungsi, electronic telescopic dan tilt steering, cruise control dan AC climate control, OBC atau boardcomputer membantu pengemudi memantau kondisi mobil mulai dari suhu luar, jarak jelajah, kecepatan rata-rata, konsumsi BBM, dan informasi penting lainnya.

Mesin yang bertengger di bawah kapnya sangat memadai untuk mobil seukurannya, unit ini telah dilengkapi teknologi VANOS untuk memaksimalkan performa.Ditambah pengendalian mengagumkan yang telah menjadi ciri khas BMW, menjadikannya mobil  yang nyaman dengan citarasa sporty yang kental. Paten dalam keseimbangan kenyamanan dan performa.

BMW e39 mengalami beberapa perkembangan sejak dirilisnya pada 1996. Di Indonesia ia hadir dengan tipe 5231 dan 528i. Tipe 528: menggunakan mesin M52 2.800 cc, 198 dk dengan transmisi matik 5-speed Steptronic pertama kalinya untuk Seri-5. Sementara 523i dibekali mesin 2.300 cc, 170 dk dengan transmisi manual.

Pada tahun 1997 ada penambahan fitur pada 528i berupa setir multifungsi dan pelek alloy 16 inch. Sedangkan 523i sudah tidak dipasarkan. Dan pada tahun 2000 BMW merilis 5251 sebagai varian baru dengan kelengkapan standar tak jauh berbeda dengan 528i. Model bermesin M54 2.500 cc .

Pada tahun 2001: BMW Seri-5 E39 mengalami facelift.Ubahan paling kentara ada pada lampu depan proyektor bening dan lampu kecil berbentuk cincin. Gril ginjal khas BMW juga berukuran lebih besar. Di buritan, lampu belakang LED menjamin cahaya lebih terang dan respons lebih cepat. Selain itu sensor parkir belakang juga disematkan guna membantu manuver.

Seri-5 facelift muncul dalam dua pilihan: 520i dan 530i. Tpe 530i menggunakan mesin M54 3.000cc 6 silinder, bertenaga 231 dk pada 5.900 rpm dan torsi 300 Nm di 3.500 rpm. Karakter mesin ini membuatnya nikmat dikendarai lantaran torsi tersedia sejak putaran relatif rendah.

Kelengkapan standar 530i sangat berlimpah: seluruh bangku dilapis kulit dan dilengkapi seat belt Bangku depan full elektrik memiliki memori penyetelan, AC sudah dilengkapi climate control dan audio terintegrasi dilengkapi single CD plus CD changer di bagasi.Setir multifungsinya mampu mengatur audio dan cruise control. Sementara on-board computer menyajikan data konsumsi bbm,jarak tempuh dan interval servis Untuk urusan keselamatan, 530i dilengkapi 10 airbag, ABS yang dibantu oleh kontrol kestabilan, fitur lain yang menjamin keamanan berkendara.

Pada tahun 2002 BMW 530i mendapat tambahan fitur baru yaitu tirai (electric krey) untuk jendela samping belakang. Tahun ini juga menandai berakhirnya masa produksi 520i. Dan akhirnya pada tahun 2003, seri-5 BMW E39 digantikan oleh BMW E60 yang memiliki banyak perubahan sophisticated.

Saya mencoba penerus BMW e39 ini, BMW e60, beberapa kali namun tidak mendapatkan perasaan yang sama seperti saat saya mengendarai BMW e39. Bahkan ............. (bersambung part II)

0 comments:

Post a Comment

Visitors