Tuesday 4 October 2016

Di tengah kemacetan yang semakin menjadi-jadi, Anda boleh kaget
jika ternyata para CEO industri otomotif di Tanah Air justru
optimis penjualan mobil akan terus meningkat.
Jika kita bicara demokrasi, maka Indonesia boleh dibilang termasuk barometer dunia. Malaysia negara tetangga kita masih berkutat di isu kebebasan pers. Mesir dan Tunisia sempat terganggu Arab Spring. Kita sebagai kita, Indonesia, sudah berkali-kali pemilu langsung dengan sukses. Tentu kita patut berbangga tentang itu. Namun bicara kedaulatan otomotifkita mesti mengakui bahwa Indonesia masih sekedar ongol-ongolJangankan angkat bicara di kancah otomotif dunia seperti Malaysia dengan Proton-Lotusnya, atau Jerman dengan BMW-nya (meskipun pabriknya di China hehe) langkah maju seperti pembuatan mobil listrik pun kandas. Esemka yang digadang-gadang pun memble setelah selesai diperas pamornya. Mobil kebanggaan negeri sendiri tak kunjung nyata, walau sudah sekian puluh tahun pabrik-pabrik mobil merk asing berdiri di sini.

Entahlah. Padahal dengan surplus demografi dimana populasi jumlah warga  produktif melebihi jumlah non produktif, maka Indonesia sangat berpotensi menjadi negara dengan daya produksi sekaligus daya beli yang baik.

Menurut data Asean Automotive Federation (AAF) yang mengupas angka penjualan tahunan sejak 2006, Indonesia adalah negara paling subur pertumbuhan penjualannya. Pada 2015 agregat penjualan mobil di ASEAN tercatat sebesar 3.056.082 unit. Indonesia menyumbang 1.013.291 unit diantaranya, diikuti Thailand sebesar 799.632 unit, Malaysia dengan 666.674 unit, lalu Filipina 288.609 unit, dan Vietnam 209.267 unit. Sementara Singapura dan Brunei hanya berkisar puluhan ribu unit.

Klasemen di atas tak jauh berbeda hasil dari tahun sebelumnya, 2014, dimana Indonesia juga mendominasi pasar Asia Tenggara sebesar 39,19 persen dengan volume penjualan 932.943 unit. Kalau level ASEAN mah sudah jelas, kita juaranya! Juara beli.. hehe. 

Dalam obrolan dunia car enthusiast, Indonesia juga tak kalah mentereng. Lihat saja supercar yang wara-wiri di jalanan ibukota bahkan di daerah. Beberapa mobil super dengan embel-embel limited edition dari pabrikan seperti Ferrari, Lamorghini, Porsche, Mini, BMW, Audi, Aston Martin, Jeep, Hummer, Buggati, Accura, Lexus, you name it! dibeli juga oleh orang Indonesia. Saya sih tidak tahu juga jika pembelinya orang semacam keluarga Bupati mana itu dulu di Jawa Barat yang kena korupsi. Yang jelas, manusia-manusia tajir melintir di Indonesia itu banyak dan mereka tidak terdeteksi media. Hanya penampakan supercar mereka saja yang terdeteksi. Seperti kemarin sore diantara gerimisnya langit Jogja saya alami sendiri, tanpa sengaja tetiba menyetir beriringan dengan sebuah Ferrari merah di jalanan sempit area Selokan Mataram, Seturan! Ini ferari muncul dari mana coba? Di jalanan sempit begini. Abis jemput anak sekolah? Haha gokil kalau sampai betul begitu..

Jadi, jika soal kedaulatan otomotif kita masih lemah, biarkan saja lah, memang agaknya pemerintah tidak memiliki nawacita tentang itu, tak apa, toh jika demikian kita malah boleh bangga karena orang Indonesia adalah raja-nya industri otomotif, karena ya kita-kita ini konsumennya industri otomotif. Bukankah "pembeli adalah raja" ?

Saking menyelami peran sebagai "raja" ini, dan dengan didukung oleh keinginan luhur untuk melestarikan barang kedonyan bernama mobil itu, bukan cuma mobil baru saja yang dibeli, bahkan mobil bekas, mobil lawas, mobil rongsok, mobil bangkai pun masih beredar di pasar Indonesia. Betapa lahapnya pasar Indonesia.

Negeri ini adalah negeri dengan potensi kultur car enthusiast yang sangat sehat, apalagi dengan dukungan media sosial dan aplikasi chatting berbagai platform. Para car enthusiast menjadi lebih mudah berkorespondensi baik level regional, nasional hingga internasional. Semakin banter dan santer pula lalu-lintas car stuff di antara mereka. Jangan bayangkan kalau pemerintah membuat proklamasi kemerdekaan otomotif Indonesia, bisa hancur dunia..  :D Bakal jadi raja di negeri sendiri kita, raja dalam arti yang sesungguhnya.

Eh, tak usahlah sok berdaulat otomotif, langsung pada intinya saja, kedaulatan transportasi, buatkan sistem transportasi masal yang baik dan mampu mengakomodir keperluan warga. #udahituaja

2 comments:

Visitors