Tuesday 11 August 2015


waspadai nyeri hebat yang mendadak terasa di dada.
Baru-baru ini saya dikejutkan oleh berita duka dari seorang teman yang  tiba-tiba mengalami koma di Manado. Hingga dua hari yang terasa sangat lama bagi sanak family itu, sampailah pada kenyataan bahwa teman saya akhirnya harus berpulang kepada-Nya. Menghembuskan nafas terkahirnya, meninggalkan keluarga, istri, anak-anak yang masih lucu-lucunya.

Walaupun kami tidak intens bertemu tatap muka, namun komunikasi yang terjalin baik membuat kami memiliki ikatan emosional. Saat ia berkunjung ke Yogyakarta misalnya tak segan ia mengontak saya walaupun sekedar menanyakan rekomendasi makan malam. Sebaliknya saat saya ke Jakarta juga demikian. Atau saat bulan puasa kemarin ia main ke Semarang, tempat dimana kantor saya berada saat ini, kami saling mengundang buka bersama waluapun akhirnya kami hanya buka bersama di restoran tempat nongkrong masing-masing, karena sama-sama sebagai "protokoler makan" hehe.

Yang paling mengganggu perasaan saya atas kabar duka ini adalah, bahwa kami sama-sama seorang ayah, yang karenanya banyak kesamaan pemikiran. Saya yakin juga ada kesamaan lain misalnya, bahwa saya dan dia, sama-sama sering bekerja meninggalkan keluarga, keluar kota, dan sering bekerja hingga malam.Workaholic!

Saya jadi berkaca diri, terkait workaholic ini. Dipikir-pikir memang laki-laki seringnya kelupaan dan kelewatan kalo lagi tune-in kerja.  Melenakan dan melelahkan. Dan situasi yang seringkali buruk bagi tubuh kita itu, kita sendiri yang memilihnya.

Bersyukur di tempat lain saya juga memiliki seorang teman SMA yang juga workaholic yang senang mengingatkan untuk menjaga gaya hidup sehat. Sekali ia pernah yang berbagi "warning" akan bahaya sifat workaholic dan gaya hidup tidak teratur itu. Ia berbagi pengalaman saat mengalami kram otot dada. Dalam blognya www.amarramdani.wordpress.com  ia tulis pengalamannya sebagai berikut:

"Namanya kram otot dada kata dokter anggia spesialis jantung di grand medistra utama lubuk pakam Medan Sumatera utara, senin 27 April 2015 silam. Disampaikan saat kontrol terakhir setelah melakukan kepastian dengan chek ekg,darah dan usg jantung. Dan akhirnya Saya boleh pulang dari Medan.

Pengalaman ini sangat berharga bagi Saya pribadi karena Saya anggap ini merupakan nyawa kedua. Setelah sebelumnya terkena seperti serangan jantung diatas pesawat Garuda Indonesia yang akan mendarat di bandara kuala namu – Medan dan kalo tidak sigap penanganannya dan panik,nafas terhenti Saya tinggal nama.

Awalnya tidak ada keluhan apa-apa,berangkat dari kos pukul 3 pagi pada hari Kamis,23 April 2015 menuju bandara,antri solat subuh lalu jam 6 pagi kita terbang dari bandara sukarno hatta Jakarta. Perjalanan ke Medan menempuh waktu perjalanan selama 2 jam.

Saat akan mendarat tiba tiba saja dada kiri Saya seperti dipukul sangat keras,lalu diremas sangat kuat. Rasanya sangat sakit,lalu nafas seperti tercekik  sulit sekai untuk bernafas. Dingin mulai terasa dari kaki,badan,tangan dan bagian muka disusul rasa seperti kesemutan. Menahan kesakitan tersebut, tangan dan kaki Saya kaku. Yang Saya lakukan hanyalah bagaimana caranya Saya tetep bernafas,mulai duduk bersimpuh lalu meniupkan dan menarik nafas dari mulut berulang ulang hingga pesawat benar benar mendarat.

Disebelah saya kebetulan kosong. saya duduk di 26C. Mau minta tolong Pramugari sulit. Tak lama, Setelah mendarat, Saya paksakan lari tapi tepat di bisnis 1, Sudah tidak kuat dan tergeletaklah disana.
Pramugaripun kontak dokter bandara dan segera melakukan pertolongan pertama,saya tidak melihat secara langsung namun hanya mendengar suaranya saja agar tetap terus keluarkan suara dan harus tetap sadar. Sesekali saya ditampar dan dipanggil jika suara sdh hilang.

Selain di tampar-tampar kaki dan tangan digerakakan paksa karena darah tdk mengalir. Dipakaikan alat jantung,lidah saya ditarik dan dipasangkan oksigen. Setelah dilakukan pertolongan pertama dengan menyuntikan alat pereda nyeri,Saya mulai membuka mata namun yang ada seluruh ruangan seperti berputar sehingga membuat mual dan muntah.

Dokter Maruly namanya yang menangani Saya di bandara (info dari tim Saya di Medan), segera saja membawa ke rumah sakit grand medistra,salah satu rumah sakit terdekat dari bandara. Dengan menggunakan mobil ambulance ditemani oleh pak Togap (area manager) dan kristian (pimpinan cabang kalbe medan). Kebetulan mereka berdua yang rencananya memang menjemput dibandara.

Pukul 12.00 wib setelah dirawat di UGD. Akhirnya Saya sadar dan sudah seperti biasa. Sudah hilang rasa sakit, tidak ada lagi semutan di seluruh badan, tidak ada lagi rasa sakit didada, Saya kembali normal. Interview dengan dokterpun di mulai untuk menceritakan yang dirasakan dan kebiasaan kesehatan saya. Apakah merokok,bagaimana pekerjaan sehari-hari,apakah sering olah raga dst. Singkat cerita Akan dilakukan beberapa test untuk memastikan apa sakitnya sampai Senin, 27 April 2015.

Ternyata Saya terserang kram otot dada. Gejalanya memang seperti serangan jantung, kata orang jawa namanya “angin duduk”.kalo andaikan Saya meninggal mungkin didiagnosa terkena serangan jantung atau asam lambung naik. Krn tidak mungkin di chek secara detail lagi kan?

Bisa menyerang kapan saja, usia berapa saja, dan jenis kelamin apapun. Beberapa penyebabnya adalah kelelahan baik secara fisik atau psikis (pikiran), jarang berolah raga,tidur kurang dan makan yg tidak teratur. Gejalanya biasanya kita gampang marah, emosional karena hormon endorfinnya kurang bawaannya beteee terus karena kurang tidur.

Memang pada waktu tersebut pekerjaan Saya sangat banyak, pulang kantor Saya masih bekerja,habis subuh masih bekerja,pagi-magrib bekerja dikantor. Ada project yang sedang Saya handle sebelum resign. Tidurpun kurang,olah raga jarang, pikiran tersita dipekerjaan. Saya akui salah krn tidak bisa manage tapi kalo Saya tidak kerjakan bisa-bisa ga selesei dan boss menilai kerja kita lambat.

Tapi ini pelajaran bagi kita semua, sudah banyak korban meninggal yang tiba-tiba contoh Yani libels,Didi Petet,atau seorang copy writer yang bekerja di salah satu agency di Jakarta dan masih banyak lagi yang tidak dikenal orang,termasuk saudara Saya mas wawan. Bahkan di hari Jumat malam teman kantor Bapak di kementrian kehutaan meninggal di bandara Soekarno Hatta seteleh terbang dari Pontianak, padahal sebelumnya jam 7 p.m masih chat di grup whatsap dan masih ngobrol-ngobrol dg kepala balai Pontianak di Bandara.

Oleh karena itu, Milikilah keseimbangan hidup. Bersikaplah profesional. Pulanglah tepat waktu dan mulailah dengan kehidupanmu. Tidurlah minimal 5 jam, makanlah teratur dan pastikan seminggu sekali anda berolah raga atau melakukan hobi mu.

Percaya ke Saya, kerjaan itu tidak akan ada habisnya. Terkadang anda sudah seleseikan tugasmu dengan baik, akan datang kerjaan lain dan kerjaan tadi tidak diapresiasi karena itu memang sudah kewajibanmu untuk melakukan hal tersebut kan. Jangan kaget itu normal guys dimanapun anda bekerja. Jadi buatlah kerjaanmu enjoy..buatlah tim anda enjoy, Kerjakan saat jam kerja, akan jauh lebih efektif dibandingkan masalah kerjaan dibawa ke rumah"

Jika demikian adanya, maka kita yang tak punya rekam jejak penyakit jantung pun sepatutnya waspada. Sebagai pemimpin yang baik mari kita penuhi hak tubuh kita untuk mendapatkan makanan dan minuman terbaik dan istirahat yang cukup. Bekerja boleh saja, tapi separah-parahnya kita bekerja apabila kita tiada maka kantor atau perusahaan itu tetap jalan. Sementara keluarga kita? tentu akan sangat kehilangan. 


0 comments:

Post a Comment

Visitors