Monday 18 May 2015

Doa Sebagai Senjata
Sebelumnya saya adalah pribadi yang sungkan untuk berdoa kepada Tuhan meminta hal-hal kecil nyata dalam keseharian. Sebelum saya mengalami hal ini:

Dalam suatu akhir pekan yang hiruk pikuk dan panas di kota Jogja, saya memutuskan untuk berbelanja di supermarket. Sampai di lokasi, saya melihat jalanan penuh sesak antrian kendaraan di pintu masuk. Saya berdoa, semoga bisa mendapat spot parkir. Tidak kehabisan spot. Itu saja.

Alhamdulillah. Terjadi. Saya dapat spot parkir.

Esoknya ketika ke mall bersama istri dan anak-anak, situasi ramai sekali, kendaraan berjubel, untuk masuk ke area parkir butuh antri lama dan dalam area parkir sudah penuh sesak, hanya mengikuti arus berharap tepat di depan saya ada spot kosong. Saya lalu memimpin seisi kabin utk berdoa, agar kami mendapat spot parkir yang dekat pintu masuk. Sekali lagi, dekat pintu masuk.

Terjadi. Saya dapat spot dekat pintu masuk. 1 spot saja. Segera saya akuisisi.

Alhamdulillah.. Dalam 6 bulan terakhir seingat saya. Sekarang setiap masuk mall/ supermarket/ pelataran dimanapun saya perlu lahan parkir, saya ingatkan diri untuk berdoa "langsung dan spesifik" meminta spot parkir. Dan hasilnya tidak pernah mengecewakan. Saya bisa katakan 99% selalu terjadi.

Hal sepele? Kebetulan?

Tidak. Orang bilang Law of Attraction, saya bilang ini kuasa Tuhan. Saya tidak percaya keberuntungan, saya percaya adanya rizki. Kejadian spot parkir di atas menurut saya adalah sedikit bukti kemurahan-Nya, serta bentuk kehadiran-Nya yang nyata dan terasa di setiap nafas kita. There's no coinsidence.

Mungkin Anda perlu mencobanya sendiri. Hingga hal sepele seperti urusan parkir akan membuat Anda tertawa bahagia, puas, hingga berkaca-kaca terharu merasakan Kemurahan-Nya. Sangat Nyata.

Saya sempat ragu jikalau doa-doa kecil saya dikabulkan (bahkan terkadang instan) jangan-jangan jatah "keterkabulan" untuk doa saya yang lain nanti berkurang. Namun ketika mendapati bahwa sebagian doa saya yang lain yang bersifat tidak segera (tingkat urgensi tidak sesegera tempat parkir) juga acapkali dikabulkan, maka saya yakin seyakin-yakinnya bahwa doa itu tidak terbatas.

Karena Tuhan Maha Luas! Tuhan Maha Mengabulkan!

Bahwasanya ada beberapa hajat hidup dan harapan yang saya munajatkan kepada Allah SWT belum dikabulkan -atau saya lebih suka menyebutnya "masih dalam perjalanan", itu merupakan bagian dari pendewasaan hati kita agar ikhlas menerima apa yang diperoleh atas usaha dan doa yang sudah dikerahakan. We do the best, God do the rest.

Kadang saya merasa, mungkin saja doa-doa saya saling bertabrakan, sehingga ketika saya berdoa agar saya bisa berlibur ke Lombok pada akhir bulan, Tuhan tidak mengabulkannya karena saya juga berdoa mohon keselamatan umur panjang  barokah. Dan mungkin saja perjalanan ke Lombok bukanlah takdir yang bisa membawa saya hidup lebih lama.

Berbicara soal keselamatan, pernah pada tahun 2010 dalam suatu malam yang  dingin saya menembus jalanan tol Cipularang dalam kecepatan tinggi -sangat tinggi bahkan. Dengan mengendarai sedan tua yang baru saja saya tebus dari seorang pemilik di Bandung, mengingat kondisi mesin yang segar dan kondisi mobil yang antik terawat, saya memacunya bagaikan lupa daratan. Melakukan take over lebih dari 100-an mobil dalam 1 jam pertama sejak pintu masuk tol.

Hal yang saya lupa, dan khilaf adalah: saya bersama istri saya, yang sedang mengandung anak pertama kami. Sungguh suatu pengalaman yang tidak akan saya lupakan, untuk lebih mawas diri di manapun berada.

Sebenarnya bukan semata-mata karena terkesima dengan pergorma Saloon Mazda bermesin 2000 cc itu saja, tapi saya juga mengejar jadwal pesawat keesokan pagi untuk keberangkatan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Ahmad Yani. Jadi saya merasa memiliki banyak alasan untuk, n-g-e-b-u-t. Dan malam itu saya harus segera kembali ke Jakarta. Secepatnya.

Dan dalam sebuah trek lurus nan sepi, sekian kilometer sebelum tikungan maut Cipularang, mobil yang saya kendarai itu mengalami gangguan mesin pada kecepatan 175 km/jam -dan saat itu saya (sebenarnya) bernafsu untuk memacunya hingga 200 km/jam atau setidaknya 180km/jam, demi memenangkan pertarungan trek lurus melawan Pajero keluaran terbaru di sisi kanan saya. Tapi apa daya.

Jika bukan karena failure pada sistem pendinginan, mungkin saya sudah mencapai kecepatan lebih dari 180 km/jam sebelum memasuki tikungan berbahaya. Dan saya tidak pernah mengetahui bagaimana performa deselerasi sedan antik warna putih itu. Biarlah Pajero putih di kanan saya melenggang kangkung meninggalkan saya.

Pada saat itu, saya merasa sedih. Lalu kami beristirahat di sebuah rest area. Meninggalkan mobil di parkiran, menuju masjid melakukan shalat Isya berjamaah. Berdoa mohon ampunan dan keselamatan. Lalu kembali ke mobil dan tidur hingga subuh menjelang.

Singkat cerita, saya terlambat sampai di Jakarta. Jadwal pesawat jauh di pelupuk mata. Tapi ada yang berbeda sejak malam itu. Saya entah bagaimana merasa bisa bersyukur atas kejadian itu. Mungkin, Tuhan sedang menyelamatkan kami. Mungkin semua memang sudah diatur melalui tangan-tangan ghaib-Nya. Karena tidak lama sejak kejadian tersebut, ada kasus kecelakaan seorang artis (Syaiful Jamil) yang kendaraannya oleng di tikungan tol Cipularang. Berita disertai analisis teknis non teknis, dari mulai struktur jalan raya, sudut tikungan, kontur tebing, aliran angin dst., menjadi bumbu yang bisa membuat bulu kuduk merinding.

Jadi, saat saya berdoa agar perjalanan  dari Bandung ke Jakarta  berjalan aman lancar, Tuhan tidak mengizinkannya bahkan mensabotasenya.  Mungkin saat yang bersamaan Dia mengabulkan doa saya mengenai permohonan keselamatan. Dan kehendak-Nya tentu lebih baik karena Dia Maha Mengetahui.

Saya jadi teringat nasihat seseorang terkait doa, jika Anda merasa doa-doa Anda tidak terkabul. Analoginya sederhana, yaitu anggap saja doa Anda itu seperti pesan singkat (SMS) yang disampaikan kepada Allah melalui sebuah wahana (device). Jika SMS memerlukan handphone, maka doa memerlukan hati.

Ada beberapa prasayarat untuk sebuah handphone (celullar phone) bekerja baik mengirimkan SMS, hingga sampai ke tujuannya. Diperlukan HP yang berfungsi baik, diperlukan sumber energi (listrik/ baterai) yang baik, diperlukan sinyal yang baik. Adapun jika SMS sudah tersampaikan secara benar, balasan terkait SMS tadi sedikit banyak dipengaruhi isi SMS dan bagaimana kebijakan penerima SMS untuk membalas atau tidak. Kalaupun membalas, mau membalas bagaimana, positif, negatif, pending, dst.

Masih menurut orang itu, yang menasihati saya, dalam berdoa kita memerlukan "HP" yang bagus. Yaitu hati yang baik. Hati yang tulus dan ikhlas bermunajat kepada Sang Khalik. Hati yang kotor oleh dosa dan maksiat, oleh penyakit-penyakit hati mulai dari syirik, dengki, hasut dst. Membuat "HP" kita kurang maksimal dalam bekerja. Mudah hang, kotor, sirkuitnya terganggu.

Energi. Misalpun "HP" kita sudah baik kita memerlukan sumber daya, agar HP dapat bekerja maksimal. Energi itu adalah Iman dan Taqwa. Semakin kuat, samakin mudah dalam menjalin koneksi dengan jaringan. Terkait hal itu, sinyal menjadi penting. Antara sinyal yang dipancarkan oleh HP dengan jaringan sinyal di langit dan bumi (terhampar luas) harus ada koneksi. Menguatkan sinyal dilakukan dengan shalat lima waktu (utamanya) dan menjalankan ibadah wajib dan sunah lainnya. "SMS" yang disampaikan dengan sinyal yang digenjot (boosted) memungkinkan terkirim segera dan sampai tujuan.

Sekarang, jika "SMS" sudah sampai tujuan, doa sudah sampai di haribaan Tuhan Yang Maha Mengetahui., adalah misteri dan prerogatif-Nya untuk mengabulkan atau tidak.

Doa yang sampai kepada Tuhan, mendapatkan penjurusan yang bervariasi. Bisa dikabulkan dalam waktu segera (dekat), bisa dikabulkan dalam waktu tidak segera (perlu waktu/ kesabaran), bisa juga tidak dikabulkan sama sekali.

Satu hal yang menjadi twist dalam benak saya mengenai doa adalah, ketika seorang Ustadz menasihati saya bahwasanya Allah SWT selain menguji seseorang dengan kesulitan adalah juga mengujinya dengan kemudahan. Dan didalamnya termasuk kemudahan mengenai bagaimana permintaan (hajat) atau doa seseorang itu dikabulkan.

Nah, Lo!!!

Jadi kalau doa-doa dikabulkan jangan senang hati dulu, jangan-jangan itu adalah ujian apakah kita akan beriman dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik. ATau..... silahkan jawab sendiri ya  :)

Wallahualam.


0 comments:

Post a Comment

Visitors