Monday 18 January 2016

Anak-anak adalah pemberian terdahsyat dari Tuhan YME. Dia meletakkan mereka, jiwa-jiwa yang suci, di tangan kita sebagai tanggung jawab yang amat agung. Luangkanlah waktu bersama anak. Ajari mereka untuk memiliki keyakinan tentang Tuhan, Sang Maha Kuasa. Kenalkanlah pada alam semesta. Ajak mereka menghayati setiap pengalaman dengan sekitar disertai kebahagiaan dan rasa syukur.

Anda adalah pribadi yang bisa menjadi tempat anak-anak berpijak beroleh kekuatan. Untuk itulah Tuhan mempercayakan mereka.
Anak lebih membutuhkan kita daripada kita membutuhkan gadget

Prioritas

Kita bisa belajar dari para orang tua, para sesepuh, para senior, para pembicara yang berbagi di hadapan orang ramai, atau dari siapa saja yang telah berjalan jauh menggapai mimpi-mimpinya hingga mendekati senja. Mereka sudah mengalaminya: bahwa saat kita tua nanti, tidak ada kesuksesan yang berhasil kita lakukan yang nampak lebih penting daripada menghidupkan kehidupan bersama anak.
Maka ingatlah untuk senantiasa hadir di hati anak-anak dimanapun kita berada, apalagi saat kita ada di hadapan mereka.

Bukan hanya dengan ucapan I Love You, disertai ciuman mesra atau pelukan manja. Jika sikap kita belum menunjukan kedewasaan sebagai orang tua maka itu semua hanya gombal saja. Omong kosong!

Salah satu bentuk kedewasaan sesorang adalah memahami prioritas. Ketika kita tamasya di luar ruangan hingga anak-anak kehausan, dan kita memilih memberikan air mineral dari botol kita untuk anak-anak, itu prioritas. Saat di meja makan ada santapan lezat dan anak-anak tampak sangat menyukainya, sementara Anda masih bisa menahan air liur dan mempersilahkan anak-anak mendapat asupan gizi yang terbaik, itu prioritas. Akan ada banyak sekali contoh pemahaman prioritas karena ini adalah tentang sikap.

Ya benar! Menjadi orang tua bukanlah tentang hubungan biologis saja, lebih dari itu adalah tentang "attitude" atau sikap.

Konteks Kekinian

Sementara melihat fenomena orang tua zaman sekarang, bayi-bayi peradaban teknologi, acapkali khilaf (hilap;lupa-sunda) menempatkan anak-anak bukan pada prioritas semestinya. Anak-anak cenderung tersingkirkan oleh benda bernama smartphone, gadget apapun itu.

Apakah kita mengidap nomopobhia?
Maka aksioma yang penting: Ada Anak, Singkirkan Gadget! Bila perlu atur menjadi mode getar sehingga jika sesuatu benar-benar penting Anda akan merasakan gawai bergetar memanggil dari balik saku atau tas.

Asyik masyuk dengan gadget adalah suatu penyakit massal yang banyak dari kita sulit menyangkalnya. Termasuk saya. Dan kesadaran tentangnya adalah bagus, artinya kita bisa introspeksi dan bergerak menuju titik yang lebih positif.



Ohh... Betapa sulitnya membiarkan gadget tergelatak barang 5 (lima) menit saja. 

Tapi hey! Kita bisa memainkannya saat anak-anak sudah terlelap. Atau meletakannya saja di meja menemani pekerjaan kita di kantor. Kita akan takjub betapa ternyata kita bisa dengan mudah beradaptasi mengurangi kadar nomophobia.

Pengendalian diri semacam itu adalah suatu sikap yang bisa menengahi antara kewajiban sebagai orang tua memberi curahan waktu bagi anak, dan hak orang tua untuk menikmati "me time" -jika Anda memang berfikir bermain gadget itu adalah sebuah hak.

0 comments:

Post a Comment

Visitors